Wahai istriku…..
Kala itu kau berikrar tuk bersedia mendampingiku
Bukan hanya seumur hidupku
Tapi sepanjang hayatmu
Saat itu pula kututup pintu hatiku
Dan kuserahkan kuncinya kepadamu

Wahai istriku….
Lihatlah bentangan ombak......

Wahai istriku…..
Kala itu kau berikrar tuk bersedia mendampingiku
Bukan hanya seumur hidupku
Tapi sepanjang hayatmu
Saat itu pula kututup pintu hatiku
Dan kuserahkan kuncinya kepadamu

Wahai istriku….
Lihatlah bentangan ombak yang siap menerjang !
Yakinkah kau sanggup menemaniku disaat ombak itu datang?
Siapkah kau ketika badai mengguncang kapal kita?
Hingga hanya meninggalkan puing-puing
Hingga hanya layar koyak yang kita punya
Hingga hanya balutan kain bekas luka yang akan kita kenakan?
Masihkah kau akan ada disisiku?
Ketika kakiku sudah lumpuh
Ketika tanganku tak sanggup lagi menggenggam
Ketika badanku hanya bagai seonggok kayu lapuk

Wahai istriku….
Hampir 2 tahun kau dampingi hidupku
Setiap hari kau ada saat ku butuh
Kau hadiahi aku seorang putri lucu
Kau bangunkan aku saat lalai dan lupa
Kau rias tubuhku dengan wewangian surga
Tapi tak sedikitpun kudengar keluhan dari mulut kecilmu

Wahai istriku…
Sudah penuh hatiku oleh pupuk cintamu
Sudah mekar bunga-bunga kasih saying itu kini
Namun sedikit yang baru kukado untuk hati dan senyummu
Hanya seberkas tatapan mesra yang tersisa untukmu

Wahai istriku…
Kutahu semua yang kau berikan untukku ikhlas
Namun ikhlas pun ada harganya untuk sebuah pengabdian
Kuingat ucapanmu kala itu
“hati wanita itu bagai berlian, sekali berlian itu pecah
Tak akan bisa disambung kembali, maka jagalah keutuhan berlian ini”
Itukah harga pengabdianmu ?

Wahai istriku…
Ada pepatah bilang ‘surga ada dibawah telapak kaki ibu’
Kini yakinlah akan kuhadirkan surga bagi seluruh jiwa ragamu
Karena putri cantikku kuingin seindah dirimu
Kan kudidik putrimu dengan contoh darimu

Wahai istriku….
Sosokku belum sesempurna harapanmu
Namun kau berusaha menjadi sosok sesempurna mungkin dihadapanku
Akhlakku pun belum sesuai seperti yang kau minta
Tapi patuhmu tak pernah kuragukan terhadapku

Wahai istriku….
Syair ini kubuat hanya untukmu
Tersusun dari lemahnya hati ini didepanmu
Kusingkap tabir yang mengunci mulutku didepanmu
Sehingga hanya mampu kutuangkan dalam tulisan

Wahai istriku….
Betapa beruntungnya aku hidup didunia ini
Bila Allah tak memberiku harta, cukuplah kau sebagai perhiasan hidupku
Maka tak kan kusesali hidup yang diciptakan Allah hanya sekali untukku
Karena kau…karena kau keindahan mata dan hatiku….
Syukurku atasMU berlipat karena karunia ini Ya Allah
Maka dampingkanlah kami disurgaMU kelak…..amiin

Rinduku, 11 Juli 2006