Tahu dari mana datangnya rasa asin pada garam? Atau manis pada gula? Einstein mengatakan tiada pertanyaan yang tiada jawabnya kecuali jelas pertanyaan dia sendiri yang diklaim belum ada jawabannya sampai sekarang, yaitu lebih dulu mana tercipta didunia antara telur dan ayam. Dan dalam edisi khusus Alquran juga disebutkan tiada pertanyaan yang taka da jawabannya kecuali ruh. Namun disini saya bukan bermaksud menantang Alquran atas pertanyaan itu. Hanya saja pertanyaan itu bila dilontarkan akan mendapat berbagai reaksi yang berbeda.
Bila pertanyaan itu dilontarkan keseorang guru filsafat maka akan didapat jawaban, “itu immanent”. Dan seorang ustadz akan menjawab, “itu termasuk qadha` dan qadar”. Lain lagi bila pelawak ludruk yang menjawabnya, “ lha kalau manis hanya keringat ketiakmu, siapa yang mau minum teh manis?” persis seperti ketika mereka menjawab kenapa hidung diciptakan diletakkan dibawah mata, “lha kalau diletakkan dibagian belakang diantara pinggul, kan…….”
Adapun kata sahibul hikayat, tak hanya gula yang manis, namun gula pasti manis.tak hanya garam yang asin, namun garam pasti asin. Kalau kata sastrawan kita berujar,”itu mistis, gula itu kok manis, ya mbok sekali-kali gula itu asin, atau garam yang manis..”
Bisa saja kita bikin konversi baru dengan meletakkan kata manis untuk rasa asin dan kata asin untuk rasa manis. Atau kata gula untuk mendeskripsikan garam dan kata garam untuk mendeskripsikan gula. Namun rasa yang dikecap hakikatnya akan tetap manis dan asin tidak akan berubah.
Sampai disini ilmu pengetahuan mandeg,pertanyaan itu tak terjawab seperti halnya ilmu tauhid yang akan mandeg abgi akal manusia dan behenti di makna wara` wal bala`. Mandeg dibatas bulu kelinci dalam perjalanan jostein gaardner mencari hakikat Tuhan.
Asin dan manis tidak bisa direport, asin dan manis tidak bisa diinformasikan, diartikulir ataupun diterjenmahkan. Orang yang pernah mengalami rasa asin akan tahu seperti apa rasa asin tanpa harus menjawab pertanyaan diatas begitupun yang pernah mengalami rasa manis tidak perlu mendeskripsikan seperti apa rasa manis. Mereka sudah mengetahui rasanya sudah mengecap rasanya.
Seseorang yang hampa lidahnya tidak akan bisa memberitahukan seperti apa rasa manis dan asin. Ia harus mengalaminya sendiri. Dan bagiku memperdebatkan rasa asin dengan orang yang tidak pernah mengecap rasa asin adalah sia-sia. Intinya Tauhid itu hanya perlu dirasa.maka akan tahu esensinya.
Memory waktu, 5 des 2007
Entah darimana saya dapat ide gila ini.mungkin agar bertambah satu lagi orang gila yang akan menjawab darimana rasa asin dan manis itu.