Seringkali kita rasakan saat berada disuatu tempat ,situasi atau kondisi yang membuat kita merasa aman. Aman dari apapun yang dapat mengusik kenyamanan kita. Contoh saat kita mendatangi suatu rapat atau pertemuan yang dihadiri orang banyak, kebanyakan kita akan lebih cenderung untuk memilih duduk dibangku paling belakang atau paling tidak tidak terlihat secara langsung dari depan. Karena bagi otak kita itulah tempat paling nyaman yang bisa memberikan kenyamanan bagi otak untuk sejenak tidak berpikir atau istirahat. Itulah yang dinamakan rasa nyaman dan wilayah atau area dimana kita merasa aman seperti duduk dibangku paling belakang tadi itulah yang dinamakan area nyaman.
Nah seringkali sebagian dai kita erjebak dalam area aman ini, yang memang oleh otak diintepretasikan sebagai tempat paling menyenangkan, namun area aman inilah sumber terbentuknya pagar pembatas kreatifitas kita. Tanpa kita sadari lambat laun pagar area nyaman ini akan semakin tinggi menutupi kinerja otak sehingga kreatifitas akan segera tertutup rapat.
Sekarang kita carikan contoh yang paling nyata disekitar kehidupan kita, maaf saya ada satu contoh yang mungkin ini benar atau salah hanya anda yang dapat merasakan. Akhir-akhir ini saya sering memperhatikan, setelah saya sendiri mengalaminya, saya fikir itu hanya karena memang sifat saya pribadi yang memang pemalas. Namun setelah saya lihat dari orang sekitar dan beberapa dai milis dan fordis, hasilnya kok hamper sama ya? Namun tidak pada semua orang lho, hanya bagi orang yang sudah measa nyaman dengan berselimut didalam area nyaman ini.
Sebelum nikah dulu saya sering membuat banyak syair, walau idak penah saya publikasikan. Hanya syair puitis pengisi kekosongan waktu, tanpa sadar tangan sudah menuliskan kata-kata yang lama-lama terangkai menjadi beberapa kalimat pendek yang bermakna ketika membentuk beberapa paragraph. Setelah nikah jangankan untuk nulis sebuah syair, kadang ide pun tak pernah keluar. Pas tiba-tiba dapat ide cara menuliskannya yang terasa tak bisa terungkapkan walau satu kalimat. Setelah saya renugkan apa yang terjadi, baru saya menyadari bahwa area nyaman saya adalah keluarga, sehingga kreatifitas ide-ide itu tertutup oleh area nyaman ini dan tak bisa keluar. Kenapa begitu? Didalam lingkungan keluarga jiwa saya merasa aman, hampir semua kebutuhan terpenuhi, kemudian otak berpikir, untuk apa lagi saya mencari ide, atau menelurkan ide wong saya sudah nyaman dengan kondisi begini kok. Nah inilah area yang diciptakan otak karean perasaan nyaman tadi. Sehingga ‘menumpulkan’ kinerja otak.
Nah itu pengalaman pribadi saya, dan ketika saya membaca artikel-artikel di milis, fordis atau bahkan chatting dengan penghuni halaqoh atau bahkan ngobrol dengan para kader dakwah, hal serupa pun terjadi juga pada mereka walau tidak semua, sebagian sudah ada yang berusaha keluar dari area nyaman ini. Namun bagaimana dengan yang masih nyenyak berselimut dalam area nyaman ini? Saat sebelum nikah begitu pedas kritik yang dibangun terhadap ketidak benaran, terhadap kebobrokan,. Saat sesudah nikah ‘mlempem’ bahkan suaranya pun tidak senyaring dulu, lirih, hampir hilang. Pas dikonfirmasi jawabannya juga dengan lirih’sudah saatnya regenerasi, saatnya memberi kesempatan yang muda.” Ini hanya dalih untuk melidungi area nyaman yang dibentuknya sendiri yaitu keluarga. Iya apa iya?
Atau tengoklah apa yang terjadi dari sebuah milis atau semacam fordis, saat sebelum nikah, begitu banyak ide-ide yang muncul dalam bentuk tulisan yang menggugah, yang trenyuh, mengharukan sampai yang pedas pun sanggup, sehari kadang 2 ide muncul dan sudah berbentuk tulisan. Saat Nikah menjelang sampai terbentuk keluarga, berapa tulisan yang sudah dihasilkan? Bahkan 1 dalam seminggu saja sudah untung-untungan. Nah inilah area nyaman yang kita sendiri yang membentuknya. Dalam hal ini area nyaman itu berbentuk keluarga. Area nyaman yang menumpulkan kreatifitas kita.
Bagaimana caranya menghapus area nyaman ini? Area nyaman ini tidak bisa dihapus, kita hanya bisa menembusnya, dan keluar dari area nyaman ini. Dan saat otak kita membentuk area nyaman yang lain usahakan untuk menerobosnya lagi keluar, karean area nyaman ini pada setiap kesempatan pasti akan datang dan akan semakin luas bila kita terlena didalamnya. Boleh-boleh saja kita terduduk sejenak dalam area nyaman ini tapi dalam batasan masih ada rasa penasaran yang kita rasakan, penasaran dalam hal apapun, karena penasaran inilah sumber sebuah ide. Thomas A Edison menemukan energi listrik dan bohlam juga awalnya dari penasaran, Albert Einstein menemukan teori relatifitas awalnya juga dari penasaran. Inilah batasan saat kita berada di area nyaman ini, kita boleh menikmati kenyamanan tapi saat perasaan penasaran kita sudah mulai hilang segar keluar dari area nyaman ini, teroboslah pagarnya! Dan segera ciptakan ide-ide baru, apapun itu, karean ide-ide yang sedikit bila diasah terus akan memancing ide besar untuk keluar dari otak kita.
Sama juga dengan kondisi lain di sekitar kita, kita begitu malas Shalat cari area nyamannya, kemudian tembus. Area nyaman shalat biasanya dingin, ngantuk, tidak sempat,.Tembus dinginnya dengan wudhu, tembus ngantuknya dengan tahajjud, tembus tidak sempatnya dengan baca Alquran, insyallah dengan rutinitas baru ini, area nyaman akan segera tertembus.

Ah saat ini area nyaman saya layar computer, malas ya?